Senin, 17 Januari 2011

teori sosiologi klasik



1.    AUGUSTE COMTE
August Comte atau juga Auguste Comte Nama panjang: Isidore Marie Auguste François Xavier Comte lahir di Montpellier, Prancis, 17 Januari 1798. Comte adalah seorang ilmuwan Perancis yang dijuluki sebagai "bapak Sosiologi". Dia dikenal sebagai orang pertama yang mengaplikasikan metode ilmiah dalam ilmu sosial.
Comte lahir di Montpellier, sebuah kota kecil di bagian barat daya dari negara Perancis. Setelah bersekolah disana, ia melanjutkan pendidikannya di Politeknik École di Paris. Pada tahun 1818, politeknik tersebut ditutup untuk re-organisasi. Comte pun meninggalkan École dan melanjutkan pendidikannya di sekolah kedokteran di Montpellier. Tak lama kemudian, ia melihat sebuah perbedaan yang mencolok antara agama Katolik yang ia anut dengan pemikiran keluarga monarki yang berkuasa sehingga ia terpaksa meninggalkan
Saat itu, Comte mengetahui apa yang ia harus lakukan selanjutnya meneliti tentang filosofi positivisme. Rencananya ini kemudian dipublikasikan dengan nama Plan de travaux scientifiques nécessaires pour réorganiser la société (1822). Tetapi ia gagal mendapatkan posisi akademis sehingga menghambat penelitiannya. Ia kemudian menikahi seorang wanita bernama Caroline Massin Paris.
Namun setelah bercerai dengan istrinya yang pertama Pada tahun 1844, Comte menjalin kasih dengan Clotilde de Vaux. Comte yang merasa dirinya adalah seorang penemu sekaligus seorang nabi dari "agama kemanusiaan" (religion of humanity), menerbitkan bukunya yang berjudul Système de politique positive (1851 - 1854).
Dia wafat di Paris pada tanggal 5 September 1857 pada usia 59 tahun dan dimakamkan di Cimetière du Père Lachaise. Auguste Comte disebut sebagai bapak sosiologi karena beliaulah yang pertama kali memakai istilah sosiologi, serta mengkajinya secara sistematis, sehingga ilmu tersebut melepaskan diri dari filsafat dan berdiri sendiri sejak pertengahan abad 19.




Teori-teori Auguste Comte
Ø Teori Struktural Fungsional
Teori Fungsional-struktural adalah sesuatu yang urgen dan sangat bermanfaat dalam suatu kajian tentang analisa masalah social. Hal ini disebabkan karena studi struktur dan fungsi masyarakat merupakan sebuah masalah sosiologis yang telah menembus karya-karya para pelopor ilmu sosiologi dan para ahli teori kontemporer.
·       Tinjauan singkat tentang Teori Fungsional Struktural
Pokok-pokok para ahli yang telah banyak merumuskan dan mendiskusikan hal ini telah menuangkan berbagai ide dan gagasan dalam mencari paradigma tentang teori ini, sebut saja George Ritzer ( 1980 ), Margaret M.Poloma ( 1987 ), dan Turner ( 1986 ). Drs. Soetomo ( 1995 ) mengatakan apabila ditelusuri dari paradigma yang digunakan, maka teori ini dikembangkan dari paradigma fakta social.
·       Pengaruh Teori ini dalam Kehidupan Sosial
Talcott Parsons dalam menguraikan teori ini menjadi sub-sistem yang berkaitan menjelaskan bahwa diantara hubungan fungsional-struktural cenderung memiliki empat tekanan yang berbeda dan terorganisir secara simbolis :
1.      Pencarian pemuasan psikis
2.      Kepentingan dalam menguraikan pengrtian-pengertian simbolis
3.      Kebutuhan untuk beradaptasi dengan lingkungan organis-fisis,
4.      Usaha untuk berhubungan dengan anggota-anggota makhluk manusia lainnya.





2.      EMILE DURKHEIM

Emile Durkheim dilahirkan pada tnggal 15 April 1858 di Epinol, bagian timur Perancis. Dalam perkebangan hidupnya Ia menjadi seorang agnostic atau seseorang yang tidak mau tau tentang agama.
Pada usia 21 tahun Durkheim diterima di sekolah paling elite yaitu di Ecole Normale Superieur. Ada dua professor yang sangat mempengaruhi pandangan-pandangan Durkheim, yaitu Fustel de Coulanges dan Emile Bourtroux. Durkheim mempelajari ide-ide de Coulanges mengenai kedudukan nilai ilmiah yang kuat di dalam penelitian sejarah dan penekanan consensus intelektual dan agama sebagai dasar solidaritas sosial. Sementara itu dari Bourtroux, Durkheim mempelajari tentang pentingnya penakuan akan adanya tingkatan-tingkatan kenyataan yang berbeda.
Durkheim meninggal pada tanggal 15 November 1917 karena serangan jantung. Karya-karya Durkheim meliputi buku-buku De la Division du Travail (1895),  Les Regles de la Methode Sociologique (1895), Le Suicide (1897), dan Les formes Elementaires de la Vie Religieuse (1912).

a.    Konsepsi Dukheim tentang Fakta Sosial
Durkheim mendasari pendekatan-pendekatan sosiologi dengan prinsip-prinsip fundamental bahwa gejala sosial itu adalah riil dan mempengaruhi kesadaran serta perilaku individu.  Bagi Durkheim, fakta sosial adalah gejala khas sosiologis yangberbeda dan tidak dapat direduksi hanya pada sifat-sifat dan perilaku individu belaka. Bagi Durkheim, fakta sosial adalah gejala khas sosiologis yang berbeda dan tidak dapat direduksi hanya pada sifat-sifat dan perilaku individu belaka
b.    Fakta sosial yang berbeda dengan gejala individu memilki tiga karakteristik :
·      Fakta sosial bersifat eksternal terhadap individu
·      Fakta sosia bersifat memaksa individu
·      Fakta sosial bersifat umum


c.    Konsep Solidaritas Dan Moralitas Dukheim
·      Solidaritas sosial
Durkheim membagi dua solidaritas sosial menjadi, yaitu solidaritas mekanik dan solidaritas organik.
-       Solidaritas mekanik
Solidaritas mekanik didasarkan pada keserbasamaan moral dan sosial yang diperkuat oleh disiplin komunitas.
-       Solidaritas organik
Solidaritas organic merupakan kelanjutan dari solidritas mekanik. Munculnya bentuk soldaritas organic didukung dengan perkembangan masyarakat yang semakin komplek
·      Agama dan Disiplin Moral
Agama oleh Durkheim didefinisikan sebagai system kepercayaan dan praktek yang telah dipersatukan yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus. Ideal-ideal yang diungkap dalam kepercayaan keagamaan merupakan ideal-ideal moral.

3.     KARL MARK
            Karl Marx dilahirkan di Trier Jerman, daerah rhine tahun 1818. Berasal dari keluarga borjuis dan berpendidikan. Pada usia 18 Marx belajar hukum di universitas Bonn, kemudian pindah ke Universitas Berlin. Disana, sewaktu Marx masih muda, begitu terkesima dengan filsafat Hegel, dimana ketika itu arus besar pengikut Hegel begitu meluas. Padangan Hegel yang terkenal Idealistik, dimana dia percaya bahwa kekuatan yang mendorong perubahan sejarah adalah munculnya ide-ide dengan mana roh akal budi menjadi lebih lengkap manifestasinya.  Marx sebenarnya ingin berkarir di dunia akademis, tetapi karena sponsornya dipecat karena pandangan-pandangan kiri dan anti agama, maka tertutuplah pintu masuk Marx untuk ke dunia akademis. Akhirnya Marx berkarir di media (surat kabar) sebagai pemimpin redaksi pada koran yang radikal-liberal.
            Pada tahun 1845 Marx diusir dari Paris, atas karya-karyanya yang berbau sosialis. Lalu akhirnya setelah itu Marx semakin tertarik dan terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosialis.


A.    KONSEP KARL MAX TENTANG SOSIAL

·         Sumbangan karl mark bagi sosiologi terletak pada teorinya mengenai kelas sosial. Menurut mark perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme menumbuhkan  dua kelas yang berbeda: kelas bourgeoisie dan kelas proletar. Menurut Marx, kedua kelompok tersebut mengalami keterasingan.
·         Keterasingan yang dialami oleh kaum proletar  jauh lebih berat dari pada keterasingan yang dialami oleh kaum borjuis, dan jumlah manusia yang terasing pun lebih banyak dari kaum ini karena kaum ini adalah kaum mayoritas yang didominasi oleh kaum borjuis.

B.     KONSEP KARL MAX TENTANG MANUSIA

  Keprihatinan Karl Marx ialah manusia.Pada dasarnya manusia itu harus bekerja untuk memenuhi kebutuhannya. Pandangan Karl Mark yang secara teori ini pada kenyataan hidupnya berbeda. Keluarganya miskin dan sepertinya ia tidak mampu mengaplikasikan teorinya sendiri.
   Manusia harus bekerja karena manusia harus memenuhi kebutuhannya. Pekerjaan adalah tanda martabat manusia. Pekerjaan itu bagi manusia lebih dari sekadar alat untuk memenuhi kebutuhan. Di dalam pekerjaan manusia mengambil dari bentuknya yang alamiah dan memberikan bentuknya sendiri kepadanya. Manusia mengobyektivasikan diri ke dalam alam melalui pekerjaannya. Dalam berbagai pekerjaan manusia melahirkan bakat-bakatnya pada alam dan dengan demikian manusia merealisasikan dirinya sendiri. Pekerjaan adalah jembatan antara manusia yang selalu berinteraksi. Karena pada dasarnya manusia itu mahkluk sosial, Karl Marx menolak baik individualisme maupun kolektivisme.

C.    FILSAFAT DIALEKTIS

Analisis dialektis merupakan inti model bagaimana konflik kelas mengakibatkan perubahan social. Umumnya analisis dialektik meliputi suatu pandangan tentang masyarakat yang terdiri dari kekuatan-kekuatan yang berlawanan yang sewaktu-waktu menjadi seimbang. Analisis dialektik peka terhadap kontradiksi internal dalam masyarakat. Memecahkan kontradiksi dengan analisis dialektik itu mempercepat munculnya tahap baru dalam sejarah. Dalam pandangan mark kontradiksi yang palingg penting adalah kekuatan-kekuatan produksi material dan hubungan produksi, serta antara kepentingan-kepentingan kelas yang berbeda.


4.      GEORGE SIMEL
Simmel lahir di pusat kota Berlin pada tanggal 1 Maret 1858. Ia belajar berbagai bidang studi di Universitas Berlin. Namun, upaya pertamanya untuk menulis disertasi ditolak, dan salah seorang professornya mengatakan,”kita harus membantunya. Jika tidak, kita justru akan mendorongnya lebih jauh tersesat di arahnya yang sekarang” (Frisby, 1984: 23). Kendati demikian, Simmel berkukuh dan memperolrh gelar doktornya dalm bidang filsafat pada tahun 1881. Ia tetap berada di universitas sebagai pengajar sampai dengan tahun 1914, meskipun ia menduduki posisi yang tidak penting sebagai Privatdozent pada tahun 1885 sampai dengan 1900. Dalam posisi selanjutnya, Simmel bekerja sebagai dosen yang tidak digaji Negara dan hidupnya tergantung pada bayaran Mahasiswa. Kendati berada pada posisi pinggir, Simmel agak sukses menjalani kariernya, terutama karena ia adalah seorang pemberi kuliah yang begitu cemerlang dan menarik perhatian mahasiswa (yang membayar) (Frisby, 1981: 17; Salomon, 1963/1997). Gayanya begitu popular sehingga anggota masyarakat yang sudah berpendididkan sekalipun tertarik mengikuti kuliahnya, yang kemudian menjadi acara publik.

A.    Kesadaran Individu     
            Pada level individu, Simmel memusatkan perhatiannya pada bentuk asosiasi dan tidak terlalu memperhatikan masalah kesadaran individu (Kecuali pembahasanya tentang memori yang dapat dibaca dalam jedlowski, 1990), yang memang jarang dibahas dalam karyanya. Sudah barang tentang Simmel berpikiran bahwa manusia memiliki kesadaran kreatif. Seperti dikatan Frisby, bagi Simmel, basis kehidupan sosial “individu atau kelompok individu yang sadar dan berinteraksi satu sama lain untuk beragam motif, tujuan dan kepentingan” (1984:61). Minatnya terhadap kreatifitas tampak dalam diskusi Simmel dalam beragam bentuk interaksi, kemampuan aktor untuk menciptakan struktur sosial, maupunefek merusak dari struktur-struktur tersebut terhadap kreatifitas individu.
B.     Interaksi Sosial (Asosiasi)

            Georg Simmel terkenal dalam sosiologi kontemporer karena  sumbangannya bagi pemahaman kita tentang pola, atau bentuk, interaksisosial. Simmel menjelaskan bahwa sa;ah satu minat utamanya adalah Interaksi antara aktor sadar dan tujuan minatnya ini adalah melihat besarnya cakupan interaksi yang pada suatu ketika mungkin terlihat sepele namun pada saat lain sangat penting. Ini bukanya kelanjutan minat Durkheimian tentang fakta sosial, namun lebih merupakan pernyataan tentang fokus sosiologi yang sekalanya lebih kecil. Karena simmel kadang-kadang mengambil posisi yang terlalu dibesa-besarkan rerkait dengan arti penting interaksi dalam sosiologinya. Banyak orang tidak memperhatikan aspek realitas sosial pada skala ynag lebih besar

C.    Bentuk dan tipe Interaksi
            Dari sudut pandang Simmel, dunia nyata tersusun dari peristiwa, tindakan, interaksi dan lain sebagainya yang tak terhingga . uuntuk memecahkan teka-teki realitas ini( isi), orang menatanya dengan menerapkan sejumlah pola, atau bentuk padanya. Menurut pandangan Simmel, tugas seorang sosiolog adalah melakikan hal yang sama persis dengan apa yang dlakukan orang awam, yaitu menerapkan bentuk yang jumlahnya terbatas kepada realitas sosial khususnya ada interaksi, sehingga dapat dianalisis secara lebih baik

D.    Kebudayaan Objektif
      Salah satu fokus utama sosiologi historis dan filosofis Simmel adalah level budaya realitas sosial, atau yang disebutnya dengan “kebudayaan objektik”. Menurut pandangan Simmel, orang menghasilkan kebudayaan, namun karena karena kemampuan mereka untuk mereifikasi realitas sosial, dunia cultural dan dunia sosial mulai memiliki kehidupanya sendiri, kehidupan yang makin lama makin mendominasi aktor yang menciptakan dan yang menciptakanya ulang setiap hari. “Objek budaya menjadi semakin terkait satu sama lain di dalam dunia yang penuh-diri (self-contained) dan makin jarang menjalin kontak dengan psike subjektif [individual], hasrat serta perasaan-perasaanya” (Coser,1965:22).

E.     Konsep Sosiologi formalis
Sosiologi formalis adalah pemisahan isi dan bentuk sosiasi merupakan konsepsi Simmel mengenai pokok permasalahan dalam sosiologi sebagai ilmu yang berbeda dengan ilmu-ilmu yang lain. Dengan ini pusat perhatian dalam sosiologi, menurut Simmel, adalah "bentuk" sosiasi dan interaksi timbal balik. Objek formalnya harus bersifat kha. Manusia dapat dipelajari dari berbagai segi, seperti segi kesehatan, pendidikan, akhlak, agama, ekonomi, politiknya dll.
Objek khusus sosiologi adalah bentuk-bentuk. Lepas dari isi mereka, bentuk-bentuk ini yang agak tetap dan mantap diuraikan secara abstrak oleh sosiologi. Sosiologi harus mempersoalkan kondisi-kondisi manakah yang melahirkan bentuk-bentuk tertentu. Sebaliknya juga ada isi tujuan yang sama, yang dapat dicapai melalui berbagai bentuk relasi yang berbeda.Bila kita dapat menunjukkan totalitas berbagai bentuk hubungan sosial dalam berbagai tingkatan dan keragaman, maka kita akan memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai ‘masyarakat’.

F.     Realitas Sosial
Menurut Simmel ada empat level dasar realitas sosial
1.       Asumsi-asumsinya yang merujuk kepada konsep-konsep yang sifatnya makro dan menyangkut komponen-komponen psikologis dari kehidupan sosial.
2.      Dalam skala luas, mengungkap masalah-masalah yang menyangkut berbagai elemen sosiologis terkait dengan hubungan yang bersifat inter-personal.
3.      Adalah konsep-konsepnya mengenai berbagai struktur dan perubahan-perubahan yang terjadi dan terkait dengan apa yang dinamakannya sebagai spirit (jiwa, ruh, substansi), yaitu suatu esensi dari konsep sosio-kultural.
4.      Yaitu penyatuan dari ketiga unsur di atas yang melibatkan prinsip-prinsip kehidupan metafisis individu maupun kelompok.

G.    Nilai dan Uang.
Uang sebagai alat pertukaran mempertautkan individu-individu secara bersama serta mensimbolisasikan sesuatu yang mengikat masyarakat secara menyeluruh
Nilai benda berasal dari kemampuan orang untuk  menjarakan dirinya secara tepat dari objek
Reifikasi adalah penilaian bahwa kesuksesan diukur dari sejumlah benda [benda-benda yang menjadi standar kemajuan] yang dimiliki. Pada konsep seperti itu, maka seseorang dianggap sukses jika mempunyai sejumlah [atau lebih dari satu] benda yang menjadi standar kekayaan pada hidup dan kehidupan modern.

5.      HERBERT SPENCER

Spencer lahir di Derby, London Inggris, lahir pada tanggal 27 April 1820.  Ia tidak memperoleh pendidikan seni dan humaniora, melainkan di sekolah teknik dan utilitarian. semasa kecilnya dia sering sakit-sakitan, bahkan kedelapan saudaranya meninggal pada umur yang masih muda. Pada tahun 1837, ia mulai bekerja sebagai insinyur teknik sipil untuk perusahaan kereta api, dan pekerjaan ini dijalaninya sampai tahun 1846. Selama masa itu spencer terus mempelajari bidang studi nya sendiri dan mulai menerbitkan karya-karya tentang ilmu pengetahuan dan politik.
Pada tahun 1848, Spencer ditunjuk sebagai editor majalah The Economis, dan gagasan-gagasan intelektualnya mulai mengental. Pada tahun 1850, ia menyelesaikan karya utamanya, Social Static. Selama menulis karya ini, Spencer mulai mengalami insomnia akut dan ketergantungan Spencer terhadap obat-obat penyakit insomnianya, dan setelah beberapa tahun berselang masalah mental dan fisiknya memuncak, ia menderita kerusakan saraf sepanjang hidupnya. Spencer menikah dengan sahabatnya namun tanpa seremonial formal yang benar dan sah.
Pada tahun 1853 Spencer menerima warisan yang memungkinkannya berhenti dari pekerjaannya dan menghabiskan sisa hidupnya sebagai seorang ilmuwan yang bermartabat. Ia tidak pernah memperoleh ijazah universitas ataupun menduduki posisi akademis. Ketika hidup semakin terisolasi, serta sakit mental dan fisik yang semakin parah, produktivitas intelektualnya meningkat. Akhirnya, Spencer tidak hanya mulai meraih ketenaran di Inggris, namun juga memperoleh reputasi pada tingkat internasional. Selama tiga dekade setelah perang saudara orang tidak akan mungkin aktif di arena intelektual tanpa menguasai karya Spencer.
Salah satu ciri menarik dari Spencer, ciri yang hakikatnya menjadi sebab keruntuhan intelektualnya, adalah keenganannya untuk membaca karya orang lain. Dalam hal ini, ia mirip dengan raksasa sosiologi lain, Auguste Comte, yang mempraktikan “Kemurnian Intelektua”. Menurut Spencer, sepanjang hayat dia adalah seorang pemikir bukan pembaca, sehingga dapat berbicara dengan Hobbes bahwa jika saja ia membaca sebanyak orang lain, maka ia tidakk akan tau sebanyak ini. Jika tidak membaca karya orang lain, lalu darimana gagasan dan pandangan Spencer berasal? Menurut Spencer, keduanya muncul secara tidak sengaja dan secara intuitif dari fikirannya. Ia mengatakan bahwa gagasan-gagasannya muncul sedikit demi sedikit secara tak terduga, tanpa niat secara sadar atau upaya yang dapat dipahami.
Spencer menderita karena keenganannya membaca serius karya-karya orang lain. Sebaliknya, jika ia membaca karya orang lain seringkali hanya untuk mencari penegasan atas gagasannya yang tercipta secara independent. Ia mengabaikan gagasan-gagasan yang tidak sejalan dengan gagasannya. Pengabaian Spencer terhadap keilmuwan memebawanya ke serangkain gagasan yang sarat kebencian dan pernyataan yang tidak berdasar tentang evolusi dunia. Oleh karena itu, sosiolog pada abd ke 20 mulai mencampakkan karya Spencer dan menggantikannya dengan ilmuwan yang riset ilmiah dan riset empiris yang tekun. Spencer meninggal 8 Desember 1903.

A.    Asal Usul Sosiologi Inggris
Untuk memahami mengenai teori yang dikemukakan oleh Hernert Spencer, terlebih dahulu kita harus mengetahui mengenai awal mula sosiologi di Inggris.
Philip Abrams (1968) menjelaskan bahwa sosiologi inggris dibangun pada abad ke 19 oleh tiga sumber yang sering kali berbenturan, yaitu:
Ø  Ekonomi Politik
Ø  Ameliorisme
Ø  Evolusi social
 Ketika masyarakat sosiologi london dibentuk pad tahun 1903, terdapat perbedaan pendapat yang begitu besar terkait dengan definisi sosiologi. Namun tidak sedikit yang meragukan bahwa sosiologi dapat menjadi ilmu pengetahuan. Perbedaan-perbedaan itulah yang memberikan karakter khas pada sosiologi inggris.




B.     Doktrin dan Teori dari Herbert Spencer (1820-1903)
Spencer sering disamakan dengan comte dalam arti pengaruh mereka terhadap perkembangan teori sosiologi ( J. Turner, 2001a ), namun ada beberapa perbedaan penting diantara mereka. Misalnya, agak sulit menggolongkan Spencer sebagai pemikir konservatif. Sebenarnya, di tahun-tahun awalnya, Spencer lebih tepat dipandang beraliran politik liberal dan ia tetap memelihara unsur-unsur liberalisme di sepanjang hidupnya. Tetapi, juga benar bahwa pemikiran Spencer tumbuh semakin konservatif selama hidupnya, dan pengaruh mendasarnya, seperti comte, adalah konsertvatif.
Salah satu pandangan liberalnya yang lebih sesuia dengan konservatismenya adalah penerimaannya atas doktrin laissez-faire. Ia merasa bahwa negara tak harus mencampuri persoalan individual kecuali dalam fungsi yang agak pasif untuk melindungi rakyat. Ia tertarik pada reformasi sosial. Ia menginginkan kehidupan sosial berkembang bebas dari kontrol eksternal.
Inilah kekhasan spencer sebagai seorang Darwinis Sosial (G. Jones, 1980). Dengan demikian ia menganut pandangan evolusi yang berkeyakinan bahwa kehidupan masyarakat tumbuh secara progresif menuju keadaan yang makin baik. Ia juga menerima pandangan Darwinian bahwa proses seleksi alam “survival of the fittes” , terjadi di dunia social (patut dicatat kalau Spencer menyebut istilah “hidup bagi yang terkuat” ini bebrapa tahun sebelum karya Charles Darwin tentang seleksi alam diterbitkan).
Jadi, jika tidak dihambat oleh intervensi eksternal, orang yang “kuat” akan bertahan hidup dan berkembang biak, sementara yang “lemah” akhirnya akan punah. Perbedaan lain adalah bahwa spencer menekankan individu, sementara itu comte memfokuskan perhatiannya pada unit-unit yang lebih besar, seperti keluarga.
Comte dan Spencer memiliki kesamaan dengan Durkheim dan lainnya dalam hal komitmen dalam ilmu pengetahuan sosiologi (Haines, 1992), yang merupakan perspektif yang amat menarik bagi para teoretisi awal. Pengaruh lain karya Spencer, bersama dengan Comte dan Durkheim, adalah kecenderungan untuk melihat masyarakat sebagai organism. Dalam pandangan ini,
Spencer meminjam perspektif dan konsepnya dari biologi. Ia memberikan perhatian pada seluruh  struktur masyarakat, kesalingketerkaitan antar bagian-bagian masyarakat, dengan fungsi bagian-bagian masyarakat, dengan fungsi bagian-bagian tersebut bagi satu sama lain maupun bagi system secara keseluruhan.
Hal yang paling penting adalah bahwa Spencer, dan juga Comte, memiliki konsep evolutif tentang perkembangan historis. Namun, spencer bersikap kritis terhadap teori evolusi Comte karena beberapa alasan. Secara spesifik, ia menolak hukum tiga tahap yang dikemukakan comte. Ia menganggap Comte terlau cepat puas dengan evolusi pada ranah gagasan, menurut perkembangan intelektual.

v  Teori Evolusi
Setidaknya ada dua utama perspektif tentang evolusi dalam karya Spencer (Haines; Perrin, 1976).
Perspektif pertama terkait dengan meningkatnya ukuran masyarakat. Masyarakat tumbuh karena bertambahnya jumlah individu dan menyatunya kelompok (perkumpulan). Peningkatan ukuran masyarakat membawa serta struktur social yang lebih besar dan lebih terdiferensiasi, sekaligus peningkatan diferensiasi fungsi yang dimainkannya.
Spencer juga menawarkan teori evolusi dari masyarakat militant menuju masyarakat industry. Sebelumnya, struktur masyarakat militant dinilai hanya bertujuan perang dalam rangka bertahan dan menyerang. Kendati Spencer bersikap kritis terhadap perang, ia merasa bahwa pada tahap awal perang berfungsi menyatukan masyarakat (misalnya, melalui penaklukan militer) dan menyediakan lebih banyak jumlah orang yang diperlukan bagi perkembangan masyarakat industry. Meskipun Spencer melihat adanya evolusi umum yang bergerak ke arah masyarakat industry, ia pun mengakui bahwa mungkin akan terjadi regresi periodic yang mengarah pada peperangan dan masyarakat militant.
Dalam tulisan-tuisannya tentang social politik dan etika, Spencer menawarkan gagasan-gagasan lain tentang evolusi masyarakat. Di antara alas an mengapa ia melakukan hal ini adalah karena dia memandang masyarakat sedang bergerak menuju suatu keadaan moral yanh ideal dan sempurna. Sedangkan alas an lainnya adalah dia menganggap bahwa masyarakat yang paling kuatlah yang dapat bertahan, sementara masyarakatyang kalah dalam seleksiakan sirna dengan sendirinya. Hasil dari proses ini adalah perbaikan kemampuan adaptasi dunia secara keseluruhan.

v  Reaksi terhadap Spencer di Inggris
Walaupun pemikiran-pemikiran Spencer sangat berpengaruh di inggris, namun ia tetap saja mendapat penolakan dari sebagian sosiolog di inggris. Di tengah-tengah penekanan yang ia berikan terhadap individu, Spencer lebih dikenal karena teori evolusi sosial. Dalam teori ini ia berlawanan dengan sosiologi yang mendahuluinya di Inggris. Karena, reaksi terhadap Spencer lebih didasarkan terhadap ancaman bahwa gagasan hidup bagi yang terkuat terhadap ameliorisme begitu menakutkan bagi kebanyakan sosiolog inggris awal yang lebih berorientatif kepada ameliorasi.
Seperti yang dikatakan oleh Spencer berikut ini :
“ Membantu orang yang tak bergunadengan mengorbankan orang yang berguna adalah kekejaman ekstrem. Ini akan menimbulkan kesengsaraan terhadap generasi yang akan datang. Tak ada kutukan yang lebih besar terhadap anak cucu ketimbang mewarisi mereka penduduk yang dungu dan jahat yang terus bertambah jumlahnya. Seluruh alam berupaya menggilas populasi yang dungu dan kejam itu, membersihkan dunia dari mereka dan menyediakan ruangan untuk orang-orang lebih baik… bila mereka tak melengkapi diri secukupnya mereka akan mati, dan kematian itulah yang terbaik untuk mereka “





1.    Max Weber
Max Weber (1864-1920) tidak sependapat dengan Marx yang menyatakan bahwa ekonomi merupakan kekuatan pokok perubahan sosial. Melalui karyanya, Etika Protestan dan Semangat Kapitalisme, Weber menyatakan bahwa kebangkitan pandangan religius tertentu– dalam hal ini Protestanisme– yang membawa masyarakat pada perkembangan kapitalisme. Kaum Protestan dengan tradisi Kalvinis menyimpulkan bahwa kesuksesan finansial merupakan tanda utama bahwa Tuhan berada di pihak mereka. Untuk mendapatkan tanda ini, mereka menjalani kehidupan yang hemat, menabung, dan menginvestasikan surplusnya agar mendapat modal lebih banyak lagi.
Pandangan lain yang disampaikan Weber adalah tentang bagaimana perilaku individu dapat mempengaruhi masyarakat secara luas. Inilah yang disebut sebagai memahami Tindakan Sosial. Menurut Weber, tindakan sosial dapat dipahami dengan memahami niat, ide, nilai, dan kepercayaan sebagai motivasi sosial. Pendekatan ini disebutverstehen (pemahaman)
.
Weber juga mengkaji tentang rasionalisasi. Menurut Weber, peradaban Barat adalah semangat Barat yang rasional dalam sikap hidup. Rasional menjelma menjadi operasional (berpikir sistemik langkah demi langkah). Rasionalisasi adalah proses yang menjadikan setiap bagian kecil masyarakat terorganisir, profesional, dan birokratif. Meski akhirnya Weber prihatin betapa intervensi negara terhadap kehidupan warga kian hari kian besar.
Dalam karyanya yang terkenal lainnya, Politik sebagai Panggilan, Weber mendefinisikan negara sebagai sebuah lembaga yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekuatan fisik secara sah, sebuah definisi yang menjadi penting dalam studi tentang ilmu politik.




6.     FERDINAD TONIES
Ferdinand Tonnies lahir pada tahun 1855 dan wafat pada tahun 1936. Ia merupakan salah seorang sosiolog Jerman yang turut membangun institusi terbesar yang sangat berperan dalam sosiologi Jerman. Dan ia jugalah yang melatarbelakangi berdirinya German Sosiological Association ( 1909, bersama dengan George Simmel, Max Webber, Werner Sombart, dan lainnya ). Ferdinand Tonnies memiliki berbagai karya diantaranya Gemeinschaft und Gesellschaft (yang dipublikasikan pertamakali pada tahun 1887) yang selanjutnya diedit dan di alihbahasakan kedalam bahasa Inggris menjadi Community and Society (1957) oleh Charles P. Loomis, karyanya yang lain yang berupa essai-essai tentang sosiologi terdapat di dalam bukunya Einfuhrung in die Soziologie (An Introduction to Sociology).
Diakhir usianya Tonnies adalah seorang yang aktif menentang gerakan NAZI di Jerman dan seringkali ia diundang menjadi Professor tamu di University of Kiel, setelah hampir masa hidupnya ia gunakan untuk melakukan penelitian, menulis, dan mengedit karya para sosiolog dimasanya.

A.    TEORI TEORI FERDINAND TONNIES
Ferdinand Tonnies terkenal dengan teorinya mengenai Gemeinschaft dan Gesellschaft sebagai dua bentuk yang menyertai perkembangan kelompok-kelompok social. Gemeinschaft (paguyuban) adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat ilmiah serta bersifat kekal. Gasellschaft (patembayan) merupakan bentuk kehidupan bersama yang merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya dalam jangka waktu yang pendek. Hasil karyanya antara lain :
  1. Gemeinschaft und Gesellschaft (1887)
  2. Sociological Studies and Criticism (3 jilid, 1952)
  3. Introduction to Sociology (1937) dan lain-lain



Tidak ada komentar:

Posting Komentar